Rabu, 27 Maret 2013

Refleksi: Mathematics and Language 5

Matematika murni dan pendidikan matematika memang berbeda, tetapi keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Matematika murni mengkaji matematika beserta teori-teorinya secara mendetail dan spesifik sedangkan pendidikan matematika mengkaji matematika yang diperuntukkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA. Pendidikan matematika mempersiapkan seseorang untuk menjadi pendidik profesional (guru) dalam bidang matematika. Selain itu, dalam pendidikan matematika juga mempelajari ilmu kependidikan dan strategi pembelajaran yang dipakai dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, seorang lulusan pendidikan matematika diharapkan dapat menerapkan pembelajaran matematika inovatif di kelas agar siswa merasa nyaman saat belajar matematika dan siswa dapat mengembangkan pola pikirnya.

Refleksi: Mathematics and Language 2

Dalam pembelajaran matematika, seorang guru hendaknya tidak memaksakan siswa untuk menyukai pelajaran matematika karena segala sesuatu yang dipaksakan akan memberikan hasil yang tidak baik. Matematika yang dipaksakan akan membuat siswa merasa tertekan dan terbebani. Dengan begitu siswa akan sulit menyerap materi yang diberikan oleh guru. Guru hendaknya mencari suatu solusi agar siswa menyukai matematika dengan kesadaran dirinya tanpa paksaan dari pihak manapun karena pada hakikatnya matematika adalah diri siswa itu sendiri.
Pembelajaran matematika yang terkesan otoriter sudah sepantasnya ditinggalkan. Guru yang tadinya hanya berperan sebagai penceramah dapat diubah perannya sebagai fasilitator. Guru memfasilitasi segala kebutuhan siswa dalam hal belajar. Siswa diberi kebebasan untuk mengeksplor gagasan-gagasan yang ada pada dirinya sehingga siswa tidak hanya menerima konsep dari guru akan tetapi siswa juga dapat menemukan dan membangun konsep dengan caranya sendiri. Guru sebagai fasilitator tidak melepaskan siswanya begitu saja. Siswa tetap dalam pengawasan guru, sehingga apabila ada siswa yang salah konsep akan segera diluruskan oleh guru yang bersangkutan. Oleh karena itu, pembelajaran matematika memerlukan persiapan yang benar-benar matang agar pembelajaran dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Kamis, 21 Maret 2013

Refleksi: Mathematics and Language 12

Bahasa merupakan suatu alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi yang baik akan terjadi apabila menggunakan bahasa yang baik pula. Komunikasi yang baik antara guru dan siswa sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Komunikasi yang baik akab mendorong berhasilnya proses pembelajaran. Guru matematika SD hendaknya menggunakan bahasa yang baik agar siswa mudah memahami matematika. Guru hendaknya tidak menggunakan bahasa yang tingkatannya terlalu tinggi. Bahasa yang tingkatannya terlalu tinggi akan menimbulkan kebingungan bagi siswa. Oleh karena itu, guru matematika hendaknya menggunakan bahasa yang dimengerti oleh siswa, bukan yang hanya dimengerti oleh guru saja.

Rabu, 20 Maret 2013

Model Pembelajaran di Luar Negeri


Pertemuan kelima dengan Bapak Marsigit membahas tentang model pembelajaran di Negara Australia dan Jepang. Kedua negara ini sudah menerapkan sistem pembelajaran inovatif. Pusat pembelajaran adalah siswa dan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Guru melayani kebutuhan siswanya dalam hal belajar. Dalam pembelajarannya, guru menggunakan metode hermenitika yaitu metode menerjemahkan dan diterjemahkan (mengerti dan dimengerti). Guru menerjemahkan siswa sedangkan siswa menerjemahkan matematika. Inisiatif, kemandirian, daya, dan upaya dari guru dan siswa merupakan faktor penting yang harus ada dalam pembelajaran matematika. Faktor-faktor tersebut merupakan bekal bagi siswa agar siswa menjadi manusia yang mandiri, dapat melakukan penjelajahan, dan dapat menjadi nara sumber.
            Matematika anak kecil berbeda dengan matematika murni. Matematika murni berada di dalam pikiran sedangkan matematika anak kecil berada di luar pikiran. Seorang guru matematika hendaknya berpedoman pada skema matematika realistik ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran. Matematika realistik terdiri dari empat tahapan yaitu matematika konkret, model konkret, model formal, dan matematika formal. Dalam pembelajaran matematika siswa Sekolah Dasar, penggunaan matematika konkret dan model konkret sebaiknya diperbanyak. Siswa sebaiknya disuruh berinteraksi dengan lingkungan karena dalam mengolah pikiran siswa harus dimulai dari dunia nyata.
Matematika membutuhkan proses yang panjang dan tidak hanya sekedar mengandalkan hafalan. Siswa tidak bisa dipaksa untuk menyukai pelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang tidak siap akan menimbulkan bencana bagi siswa. Siswa akan terkena tsunami matematika. Dalam pembelajaran matematika perlu adanya persiapan. Pembelajaran matematika yang disertai persiapan dapat menjadi hiburan yang menyenangkan bagi siswa. Persiapan guru dalam pembelajaran matematika salah satunya adalah dengan cara menganalisis kurikulum yang pada akhirnya menghasilkan RPP. RPP sebaiknya disusun secara sistematis agar mudah dalam pelaksanaannya. Selain itu, guru sebaiknya mampu mengembangkan media atau alat bantu pembelajaran, misalnya alat peraga dan LKS. Alat peraga diperlukan agar siswa dapat melihat secara langsung wujud konkret dari suatu benda sedangkan LKS diperlukan agar siswa dapat mengembangkan pola pikir dan terbiasa memecahkan suatu persoalan matematika.
Di Australia, kemampuan guru sangat bisa diandalkan. Tempat untuk belajar sudah sangat layak karena fasilitas yang ada sudah memadai. Ruang kelas yang disediakan cukup luas dan juga disediakan buah-buahan untuk siswa. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa tidak kekurangan gizi dan tetap segar dalam mengikuti proses pembelajaran. Pendidikan karakter dan tata tertib saat diskusi sangat ditekankan dalam pembelajaran. Pada saat diskusi, siswa selalu diberi kebebasan untuk menyampaikan pendapatnya masing-masing namun harus tetap menghargai pendapat siswa yang lain. Setuju ataupun tidak setuju adalah dengan pendapatnya, bukan dengan orangnya. Jadi, siswa harus sportif dalam berdiskusi. Fasilitas lainnya yaitu pepustakaan. Perpustakaan yang ada di Sekolah Dasar di Australia sangat mendukung untuk menunjang proses pembelajaran siswa. Buku-buku yang tertata rapi dan keadaan ruangan yang bersih membuat siswa nyaman apabila berada di tempat tersebut. Sistem peminjaman dan pengembalian buku juga sudah menggunakan sistem komputer. Selain pepustakaan, terdapat juga laboratorium komputer yang digunakan untuk membuat portofolio. Portofolio dibuat oleh guru dan berisi tentang catatan aktifitas siswa.
Guru dalam menjalankan tugas dimanapun, kapanpun, dalam kegiatan sadar maupun tidak sadar selalu berkaitan dengan 2 hal yaitu accountability (dipercaya) dan sustainability (terus). Guru dapat dilihat seberapa tingkat accountability dari sisi akademiknya. Guru yang memiliki tingkat accountability tinggi selalu ingin dipercaya orang lain bahwa ia adalah guru matematika yang professional dan bisa diandalkan. Pengembangan profesional guru sepenuhnya ada di tangan guru sehingga keprofesionalan guru yang berkenaan dengan tugas, hak, dan kewajiban harus dipahami oleh masing-masing guru. Untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja guru, upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan kegiatan Lesson Study. Lesson study merupakan suatu strategi pembinaan profesi guru yang berkenaan langsung dengan permasalahan dalam praktik pembelajaran di kelas. Lesson Study yang dijadikan sebagai sarana perbaikan praktik pembelajaran di kelas dapat meningkatkan mutu guru dan mutu pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu siswa.
Lesson Study membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya. Tahap-tahap dalam Lesson Study meliputi plan (merencanakan), do (melaksanakan), dan see (refleksi). Di Jepang, kegiatan Lesson Study bukan lagi kegiatan yang terprogram tetapi sudah menjadi kebiasaan dan merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh MGMP. Siswa di Jepang sudah terbiasa diobservasi sehingga siswa tidak merasa terganggu selama pelaksanaan observasi. Selama observasi, observer melakukan pengamatan secara teliti menggunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya. Aspek-aspek yang diamati misalnya interaksi antar siswa, interaksi siswa dengan bahan ajar, interaksi siswa dengan guru, interaksi siswa dengan lingkungan, motivasi belajar siswa, perhatian siswa, konsentrasi siswa, dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Setelah observasi selesai, semua observer diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat mengenai kelebihan dan kekurangan guru dalam mengajar. Pendapat yang disampaikan harus sesuai dengan hasil pada saat observasi. Sore harinya, diadakan seminar yang menguraikan teori yang didapat pada saat Lesson Study. Seminar tersebut menguraikan bagaimana seharusnya guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan adanya masukan-masukan tersebut, maka kegiatan pembelajaran berikutnya dapat berjalan lebih baik daripada sebelumnya.
            Kedua negara di atas seharusnya dijadikan sebagai motivasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Kegiatan Lesson Study di Indonesia sudah sepantasnya dibudayakan sehingga mutu pendidikan di Indonesia mengalami peningkatan. Agar hal tersebut dapat tercapai maka kegiatan Lesson Study di Indonesia harus dilaksanakan secara terus menerus (sustainability) dan berkelanjutan.

Laporan Kelompok 2 "Pembelajaran Matematika Kelas 2 Sekolah Dasar di Jepang"


Berdasarkan video yang kami tonton pada tanggal 7 Maret 2013, kami menyimpulkan bahwa proses pembelajaran matematika khususnya matematika Sekolah Dasar kelas 2 di Jepang sudah menerapkan sistem pembelajaran yang inovatif. Guru memposisikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran sehingga siswa dapat menemukan pengetahuan dan pengalaman sebanyak-banyaknya. Paradigma yang digunakan berupa cognitive-development karena transfer knowledge dari guru ke siswa dirasa kurang sesuai dengan hakikat mendidik. Guru tidak lagi berfungsi sebagai pemberi ilmu tetapi guru berfungsi sebagai fasilitator. Pembelajaran inovatif juga mendorong siswa untuk bisa bekerja sama karena pembelajaran inovatif berorientasi pada kehidupan.
Dalam pembelajaran di kelas, guru membagi siswa-siswanya menjadi beberapa kelompok diskusi. Setelah dibentuk kelompok diskusi, guru membagikan LKS yang digunakan sebagai bahan diskusi. Siswa akan bersama-sama menemukan pola atau hubungan matematika dan memecahkan suatu permasalahan. Setelah selesai berdiskusi, salah satu perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Siswa-siswa yang lain menanggapi sedangkan guru meneliti dan mengamati jalannya pembelajaran. Dari situlah siswa akan menemukan konsep-konsep matematika dengan caranya sendiri. Sehingga siswa tidak hanya menerima konsep dari guru saja tetapi siswa juga dapat membangun konsep sendiri.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat sungguh merupakan sesuatu yang harus diapresiasi oleh guru. Siswa dengan leluasa menyampaikan pendapatnya tanpa takut disalahkan. Ketika seorang siswa memiliki pendapat yang berbeda maka siswa tidak segan-segan untuk menyampaikan pendapatnya kepada teman yang sedang presentasi di depan. Apabila siswa dalam menyampaikan jawaban atas persoalan kurang tepat, guru akan menambahkan dan meluruskan jawaban siswa tersebut. Sehingga siswa akan mendapatkan konsep lengkap yang merupakan hasil kolaborasi antara konsep yang didapat oleh siswa dan guru. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran guru selalu memberikan motivasi-motivasi kepada siswanya sehingga siswa merasa bersemangat dan tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan suatu persoalan (matematika).
Pembelajaran matematika Sekolah Dasar di Jepang sangat berbeda dengan pembelajaran matematika Sekolah Dasar di Indonesia.  Di Jepang, rasa ingin tahu dan antusias siswa dalam mempelajari matematika sangat tinggi. Untuk menyalurkan rasa ingin tahu siswa dan antusias siswa yang tinggi tersebut maka dibutuhkan 2 guru dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar. Guru-guru tersebut harus saling bersinergi dan saling bekerja sama. Salah satu guru memberikan penjelasan materi di depan sedangkan guru yang satunya berada di antara siswa-siswa untuk mendampingi siswa dan memberikan bimbingan ketika proses pembelajaran berlangsung. Sehingga apabila ada siswa yang merasa kesulitan atau masih belum jelas maka siswa dapat meminta bimbingan kepada guru yang mendampinginya tersebut.
Sistem pembelajaran di Indonesia masih menggunakan sistem pembelajaran tradisional. Siswa hanya dijadikan sebagai objek dalam pembelajaran. Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran karena pembelajaran terpusat pada guru. Metode yang digunakan dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar umumnya menggunakan metode ceramah. Apabila ada yang menerapkan metode diskusi, itupun belum sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu, metode pembelajaran dan sistem pembelajaran di Indonesia perlu direnovasi dengan mengadopsi sistem pembelajaran dari negara lain yang kiranya dapat memberi manfaat bagi perkembangan pendidikan di Indonesia.

Sopan Santun dalam Matematika


Dalam filsafat, setinggi-tingginya ilmu adalah sopan santun. Sopan santun dalam pembelajaran matematika adalah ilmu itu sendiri. Serendah-rendahnya orang mencari ilmu adalah jika ilmu tersebut untuk dirinya sendiri. Tetapi akan lebih tinggi derajatnya apabila ilmu itu bermanfaat bagi orang lain. Akan sangat bermanfaat dan bermakna apabila pikiran orang tersebut mampu menyumbangkan dan berperan dalam jejaring sistemik/ networking. Ilmu terdiri dari pikiran (logika) dan pengalaman. Logika (a priori) dapat memikirkan sesuatu yang belum terjadi sedangkan pengalaman (a posteriori) dapat memikirkan sesuatu setelah sesuatu itu terjadi. Matematika sebagai ilmu merupakan gabungan antara pikiran (logika)  yang disebut a priori dan pengalaman yang disebut a posteriori. Pikiran bersifat analitik sedangkan pengalaman bersifat sintetik. Sehingga gabungan antara keduanya dinamakan sintetik a priori.
Dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika, guru harus sopan santun terhadap siswa dan sopan santun terhadap matematika. Sehingga pembelajaran matematika berjalan secara efektif dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun yang terjadi sekarang ini, hampir 99,9% guru di Indonesia tidak sopan terhadap matematika dan siswanya. Guru cenderung mengajarkan matematika dengan matematika formal sehingga pembelajaran matematika menjadi tidak menyenangkan, menyusahkan, dan membebani siswa. Guru hendaknya mengajarkan matematika mulai dari tindakan, material, pergaulan, observasi benda-benda konkrit, dst.
Pembelajaran yang inovatif sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran inovatif menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran dan guru sebagai fasilitator. Guru memfasilitasi siswa untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Metode yang digunakan dalam pembelajaran inovatif bersifat fleksibel dan dinamis. Metode yang digunakan dapat berupa metode diskusi, metode online, latihan, kerja praktik laboratorium, dan refleksi. Dalam pelaksanaannya, metode-metode pembelajaran inovatif yang digunakan tersebut hendaknya dibiasakan, dilaksanakan secara tepat, dan memenuhi kriteria agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai yaitu agar siswa sadar dan mempelajari matematika atas kemauan diri siswa itu sendiri.
Pembelajaran inovatif tidak menyalahkan siswa bagaimanapun keadaannya tetapi bagaimana guru dapat menaikkan level siswa menjadi lebih baik. Persoalan pembelajaran matematika pada siswa berada pada gurunya. Siswa yang kesulitan menerima matematika disebabkan oleh metode pembelajaran yang kurang tepat, dan tidak memenuhi kriteria. Guru cenderung memakai metode ekspositori yang memposisikan siswa sebagai objek/ tong kosong. Siswa yang hanya diposisikan sebagai objek/ tong kosong akan merasa kesulitan dan bingung memikirkan apa yang dipikirkan oleh banyak orang. Dalam hal ini, kemandirian siswa sangat diperlukan. Siswa perlu membiasakan diri dengan merefleksi beberapa referensi dengan pendapat yang berbeda agar pengetahuannya bertambah. Guru sebagai pembimbing hendaknya bisa memberikan motivasi kepada siswa-siswanya sehingga menumbuhkan sikap kemandirian pada diri masing-masing siswa. Untuk menangani siswa yang beraneka ragam, pemalu, penakut, rendah diri, over dan sebagainya, guru harus bisa berkomunikasi dengan baik kepada siswanya karena dengan terjalinnya komunikasi yang baik antar siswa dan guru akan memudahkan guru untuk memahami karakter-karakter siswa yang beragam dengan latar belakang yang beragam pula.
Faktor sistem pemerintah juga menentukan proses pembelajaran. Guru yang hanya tunduk dengan aturan tanpa mengetahui makna dari peraturan tersebut maka guru tersebut telah kehilangan intuisi atau hati nuraninya. Intuisi merupakan pemahaman atau pengetahuan yang tidak dapat dijelaskan baik dimana dan kapan terjadinya. Intuisi berupa pencerahan yang begitu saja muncul dan tidak diketahui darimana asalnya. Intuisi tidak hanya dimiliki oleh anak kecil saja. Semua orang perlu mengembangkan intuisi yang dimilikinya. Intuisi ada pada tindakan, kata, pikiran, dan hati. Apabila seseorang membiasakan tindakan yang baik maka intuisi tindakan akan baik. Apabila seseorang membiasakan diri dengan berkata baik maka intuisi perkataannya baik. Demikian juga dengan pikiran dan hati, apabila dibiasakan baik maka intuisinya akan baik pula. Secanggih-canggihnya tindakan tidak mampu memenuhi kata-kata, sehebat-hebat kata dan tulisan tidak mampu mengejar pikiran (karena pikiran bisa paralel dan kata-kata diucapkan secara bergantian), dan sehebat-hebat pikiran tidak mampu mendefinisikan cinta. Manusia adalah insan yang lemah, terbatas, dan serba kekurangan maka manusia harus selalu berikhtiar agar memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.

Pembelajaran Tradisional--Inovatif


Pada zaman yang modern ini, sebagian besar guru mengajar menggunakan cara tradisional. Cara mengajar tersebut bersifat otoriter. Kegiatan pembelajaran berpusat pada guru  dan siswa hanya dijadikan sebagai objek bukan sebagai subjek. Guru memberikan ceramah kepada siswa-siswanya sementara siswa hanya mendengarkan. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi jenuh sehingga siswa sulit menerima materi-materi yang diberikan oleh guru.
Cara mengajar tradisional menjadikan siswa tidak bebas untuk mengemukakan pendapatnya. Mereka akan takut disalahkan apabila jawabannya ternyata salah sehingga siswa akan merasa kesulitan untuk menemukan dan mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya. Siswa menganggap bahwa guru mengetahui segalanya dan apa yang disampaikan oleh gurunya adalah benar, bersifat mutlak, dan tidak dapat dibantah. Selain itu, komunikasi yang terjadi hanya sebatas komunikasi 1 arah, yaitu guru ke siswa. Sehingga guru kurang dapat memahami bagaimana perkembangan perilaku siswa-siswanya.
Sebagian besar pertanyaan-pertanyaan yang muncul mengenai pembelajaran matematika yaitu mengapa pelajaran matematika dianggap sulit dan bagaimana cara menghilangkan anggapan tersebut. Sebenarnya proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh emosi. Apabila siswa merasa terpaksa dalam mengikuti suatu pelajaran maka siswa tersebut akan kesulitan untuk menerima pelajaran atau materi-materi yang diberikan oleh guru. Maka dari itu, guru harus dapat menciptakan suasana yang kondusif dan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Agar pembelajaran menyenangkan, maka perlu adanya perubahan cara mengajar dari metode pembelajaran tradisional menuju metode pembelajaran yang inovatif. Dalam metode pembelajaran inovatif siswa dilibatkan secara aktif dan bukan hanya dijadikan sebagai objek. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru melainkan berpusat pada siswa. Guru memfasilitasi siswa untuk belajar sehingga siswa lebih leluasa untuk belajar. Dalam pembelajaran inovatif, metode yang digunakan bukan lagi metode yang bersifat monoton seperti metode ekspositori atau metode ceramah melainkan metode yang bersifat fleksibel dan dinamis sehingga dapat memenuhi kebutuhan siswa secara keseluruhan. Metode yang dapat digunakan pada pembelajaran inovatif misalnya metode diskusi. Metode diskusi merupakan metode penyampaian bahan pengajaran yang melibataktifkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Dengan adanya diskusi akan memunculkan ide-ide kreatif peserta didik sehingga menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan membiasakan diri untuk aktif dalam pembelajaran.
Keaktifan siswa tidak dipengaruhi oleh hadir atau tidaknya guru. Untuk itu seorang guru harus memiliki kreativitas untuk menunjang pembelajarannya. Pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi dapat juga dilakukan di luar kelas. Tidak hanya di waktu jam pelajaran tetapi dapat juga di luar jam pelajaran. Guru dapat memanfaatkan internet untuk menunjang pembelajarannya. Misalnya saja dengan membuat website yang berisi materi-materi agar dapat dipelajari oleh siswa-siswanya sehingga memudahkan siswa untuk belajar kapanpun dan dimanapun ia berada.

Refleksi: Mathematics and Language 10


Kehadiran Teknologi di era modern ini memudahkan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru tidak lagi harus menulis di papan tulis. Guru sudah bisa menggunakan LCD untuk mendukung proses pembelajarannya. Siswa tidak lagi harus mencatat karena siswa bisa menggunakan rekaman untuk menangkap semua yang disampaikan gurunya. Memang kehadiran teknologi tidak hanya memberikan dampak yang positif, namun memberikan dampak yang negatif pula. Sebagai manusia yang terpelajar teknologi hendaknya dimanfaatkan secara bijaksana, teknologi jangan dijadikan sebagai alat perusak moral.
Dengan adanya teknologi, materi-materi pelajaran juga tidak hanya didapat di dalam kelas. Dimanapun tempatnya, kita dapat belajar asal terhubung dengan internet. Diskusi, tugas, dan sebagainya juga tidak harus dilakukan secara langsung. Semua itu dapat dilakukan secara online. Maka dari itu, manusia sudah sepatutnya bersyukur.

Refleksi: Refleksi Koalisi Pendidikan Menolak Kurikulum 2013


Perubahan kurikulum KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013 memang terkesan memaksa. Banyak guru yang tidak siap dengan adanya perubahan ini. Perubahan kurikulum tidak memiliki alasan dan latar belakang yang jelas. Guru, siswa, dan komponen-komponen lain dalam bidang pendidikan tidak dilibatkan dalam perubahan kurikulum ini, padahal mereka yang akan merasakan dampak dari perubahan ini.
Untuk merubah suatu kurikulum diperlukan adanya riset dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum KTSP 2006 karena pada dasarnya untuk memperoleh suatu hasil pasti membutuhkan suatu proses pula. Lain halnya dengan perubahan kurikulum yang terjadi sekarang ini, perubahan kurikulum merubah semua yang ada pada kurikulum sebelumnya tanpa melakukan riset yang jelas dan evaluasi terhadap kurikulum sebelumnya.
Pemerintah seharusnya lebih menekankan pada peningkatan kualitas guru dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Peningkatan kualitas guru dapat dilakukan dengan mengadakan program pelatihan-pelatihan. Program pelatihan-pelatihan tersebut hendaknya dilaksanakan secara berkelanjutan agar mendapatkan hasil yang optimal.

Refleksi: Mathematics and Language 7


Pada dasarnya siswa mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang. Siswa berhak untuk mengembangkan pola pikirnya, tidak hanya mengikuti apa yang dicontohkan oleh gurunya. Siswa hendaknya diberi kesempatan untuk mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya sehingga siswa memiliki pengalaman matematika. Dengan adanya pengalaman matematika maka siswa dapat menemukan dan mengembangkan ide-idenya.
Komunikasi yang baik antara guru dan siswa juga merupakan faktor penting yang harus ada dalam pembelajaran matematika. Guru hendaknya mampu berkomunikasi dengan siswa-siswanya. Dengan adanya komunikasi guru akan mengetahui dan memahami kebutuhan siswa-siswanya sehingga memudahkan guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Refleksi: The Scene of Primary Mathematics Teaching

Penelitian kualitatif mengenai proses belajar mengajar matematika oleh siswa Pra-layanan Pelatihan Guru sangat bermanfaat. Dengan adanya penelitian kualitatif ini kita dapat mengetahui bagaimana cara untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam memecahkan masalah-masalah dalam matematika. Model pembelajaran jenis Berpikir Divisi Prestasi (STAD) juga sangat perlu untuk ditingkatkan karena sudah membuahkan hasil. Seperti di SDN Ngabean Yogyakarta yang mengalami peningkatan dalam hal pemahaman masalah, perencanaan solusi, penerapan solusi dalam masalah, dan pemeriksaan hasil solusi yang didapat. SDN Ngabean mengalami peningkatan dalam empat hal tersebut. Apabila metode tersebut dibudayakan di seluruh Indonesia maka hal ini akan berdampak besar bagi pendidikan di Indonesia yaitu terciptanya pendidikan yang lebih baik daripada sebelumnya.

Selasa, 12 Maret 2013

Refleksi : IDENTIFICATION PSYCHOLOGICAL PROBLEMS IN THE TEACHING LEARNING OF MATHEMATICS

Kondisi psikologi siswa sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. Guru hendaknya dapat memahami kondisi psikologi masing-masing siswanya. Tidak semua siswa memahami apa yang disampaikan guru dan tidak semua siswa menyukai pelajaran matematika karena sebagian besar siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang sulit. Untuk mengatasi masalah tersebut, peran guru dalam mengelola proses pembelajaran sangat diperlukan. Guru hendaknya menciptakan pembelajaran yang inovatif, komunikatif, dan bervariasi. Komunikasi antara guru dan siswa sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Dengan adanya komunikasi yang baik, siswa akan merasa diperhatikan dan dihargai keberadaannya. Pembelajaran yang inovatif secara perlahan akan menggeser paradigma siswa mengenai sulitnya belajar matematika menjadi menyenangkan. Apabila pembelajaran matematika menyenangkan maka proses belajar akan lebih cepat dan lebih mudah diterima siswa. Pembelajaran yang bervariasi juga sangat diperlukan. Pembelajaran bervariasi yaitu pembelajaran yang tidak hanya terpaku pada satu metode saja, melainkan kombinasi dari beberapa metode. Dengan adanya pembelajaran yang bervariasi maka siswa tidak mudah bosan dan tidak mudah jenuh dalam mengikuti pembelajaran matematika. Selain itu, pemberian motivasi kepada siswa diperlukan untuk menumbuhkan semangat dan rasa percaya diri siswa dalam belajar matematika. Sehingga dengan adanya motivasi, siswa akan merasa terdorong untuk lebih giat belajar matematika.

Refleksi : The Simple Logic of The Need to Reform of Mathematics Education in Indonesia

Reformasi sistem pendidikan di Indonesia sangat dibutuhkan karena saat ini masih banyak permasalahan yang dihadapi dalam bidang pendidikan. Misalnya sistem pendidikan di Indonesia yang masih bersifat tradisional, kurikulum yang bersifat memaksa dan berpusat pada pemerintah, serta penerapan metode pembelajaran yang kurang tepat. Metode pembelajaran yang masih bersifat tradisional seharusnya digantikan dengan metode pembelajaran yang inovatif karena cara pembelajaran yang tradisional sudah sangat kuno dan tidak efektif dalam proses pembelajaran. Siswa hanya dijadikan objek oleh guru. Guru lebih mendominasi pembelajaran. Dalam menyampaikan materi, guru hanya berceramah dan menjejali siswa dengan materi-materi yang belum tentu dapat diterima siswa dengan baik. Hal ini harus segera diubah dan diluruskan agar siswa dapat lebih aktif dan pemikiran mereka semakin berkembang menjadi kritis dengan permasalahan yang ada, tanpa harus selalu menurut kepada guru.
Mengenai kurikulum, kurikulum yang digunakan hendaknya bersifat interaktif dan ditentukan oleh sekolah masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa-siswanya. Sehingga akan memudahkan guru dalam memenuhi kebutuhan siswa yang beragam. Namun yang terjadi di Indonesia sekarang ini, kurikulum yang berlaku di Indonesia hanya ada satu dan berpusat pada pemerintah. Hal inilah yang perlu dibenahi agar pendidikan di Indonesia tidak terkesan egois dan otoriter. Secara keseluruhan, hendaknya semua pihak yang terkait dalam hal kependidikan saling bahu membahu untuk mengentaskan Indonesia dari permasalahan-permasalahan pendidikan yang terjadi sekarang ini agar Indonesia menjadi lebih baik dan ke depannya akan menjadi negara yang maju dan berkualitas.

Rabu, 06 Maret 2013

Refleksi : Some Problems in the Effort of Promoting Innovations of Teaching Learning of Mathematics and Sciences in Indonesia

Masalah utama yang dihadapi dalam proses pembelajaran di Indonesia adalah strategi yang dipakai oleh para guru. Sebagian besar guru hanya menempatkan muridnya sebagai objek pembelajaran. Guru hanya menyampaikan materi kepada para siswa secara lisan atau ceramah. Padahal hal semacam ini kurang efektif untuk para siswa. Akibat dari hal tersebut akan muncul suatu masalah yaitu bagaimana cara yang tepat untuk mempromosikan atau mengenalkan inovasi-inovasi yang baru kepada guru yang nantinya akan disampaikan kepada siswa mereka masing-masing. Hal yang perlu dilakukan untuk menemukan cara yang tepat dan metode pembelajaran yang efektif dan inovatif adalah sering diadakannya koordinasi antar tenaga ajar (guru) agar mereka saling bertukar pikiran dan menemukan metode atau strategi mengajar yang terbaik bagi siswa mereka. Selain itu, guru juga perlu berkoordinasi dan menanyakan kepada siswa secara langsung mengenai metode pembelajaran yang seperti apa yang mereka inginkan. Dengan hal ini niscaya para siswa akan senang karena kemauan mereka dituruti. Sehingga siswa akan mudah dalam menerima materi. Metode yang tepat dan seharusnya dipakai oleh guru adalah metode pembelajaran inovatif yaitu guru memposisikan diri sebagai fasilitator dan melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran. Dengan diterapkannya metode mengajar yang inovatif maka siswa akan dapat mengembangkan pemikirannya dan tidak selalu bergantung kepada guru sehingga siswa akan menjadi individu yang mandiri. Apabila hal tersebut dilakukan secara kontinyu, maka proses pembelajaran di Indonesia akan lebih baik dan Indonesia akan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.

Selasa, 05 Maret 2013

Refleksi : The Nature of Mathematics and School Mathematics

Untuk meningkatkan inovasi dalam pendidikan matematika, guru perlu mengubah paradigma mereka mengenai metode mengajar. Metode mengajar yang selama ini digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika adalah metode tradisional yang berupa metode ekspositori atau metode ceramah. Metode tersebut merupakan metode yang bersifat otoriter dan monoton. Akibatnya siswa menjadi bosan dan kurang menyukai pelajaran matematika. Sehingga matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit bagi siswa. Banyak yang beranggapan bahwa matematika adalah sebatas kegiatan berhitung. Padahal matematika dapat mengembangkan keterampilan dan kreativitas siswa. Karena menurut Ebbutt and Straker (1995), hakikat matematika sekolah adalah kegiatan penelusuran pola atau hubungan, kegiatan problem solving, kegiatan investigasi, dan komunikasi. Keempat kegiatan tersebut dapat memacu siswa dalam meningkatkan keterampilan dan kreativitas siswa dalam  mempelajari matematika. Sehingga matematika akan sangat bermanfaat dalam kehidupan siswa.

Refleksi : Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 3: Budaya Matematika Menghasilkan Mathematical Intuition

Sependapat dengan pernyataan Thompson P, yang menyatakan betapa pentingnya membudayakan matematika dan dia juga menyatakan bahwa intuisi matematika adalah subject to cultural forces (budaya bermatematika). Intuisi didapat dari pengalaman yang banyak dialami oleh para siswa dalam matematika. Intuisi sangat penting dalam proses pembelajaran karena dengan adanya intuisi akan memunculkan ide-ide/ gagasan-gagasan matematika. Oleh karena itu, agar siswa memiliki intuisi matematika, semua pihak baik pihak sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat hendaknya dapat memberikan pengalaman matematika kepada siswa. Karena membudayakan matematika pada siswa merupakan tanggung jawab semua pihak.

Refleksi : Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 6: Apakah Matematika itu Ilmu?

Matematika akan menjadi ilmu apabila dilandasi atau didasari dengan intuisi. Intuisi memiliki pengertian ruang dan waktu. Dalam perjalanannya, intuisi dapat diperoleh setelah pengalaman matematika dimana pengalaman  tersebut merupakan akumulasi dari keterampilan matematika yang diperoleh melalui pengetahuan matematika dan didukung oleh metode, sikap, dan motivasi dari dalam siswa itu sendiri. Jika tidak memenuhi syarat di atas maka matematika belum dapat dikatakan sebagai ilmu, melainkan masih dikatakan sebagai ilmu murni yang bersifat pasti dan tidak berubah. Intuisi sangat penting dalam pembelajaran matematika. Dengan adanya intuisi, siswa akan dapat mengembangkan kreativitasnya. Dengan demikian, maka guru perlu mengembangkan intuisi pada siswa agar siswa tidak kehilangan intuisinya.

Senin, 04 Maret 2013

Refleksi : Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 9: School Mathematics

Hakikat Matematika Sekolah yang diungkapkan oleh Ebbutt and Straker (1995) diantaranya:
1. Matematika adalah kegiatan penelusuran pola atau hubungan
2. Matematika adalah kegiatan problem solving
3. Matematika adalah kegiatan investigasi
4. Matematika adalah komunikasi.
Keempat hal di atas sangat berguna bagi para peserta didik sekarang ini. Karena dewasa ini matematika sering dianggap sebagai momok yang ditakuti oleh para peserta didik. Selain itu, keempat hal yang dikemukakan di atas dapat menjadi solusi alternatif agar dapat merubah cara pandang para peserta didik dari yang semula memandangnya sebagai momok yang menakutkan berubah menjadi suatu hal yang menyenangkan untuk dipelajari.

Refleksi : Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 2: Intuisi dalam Matematika (2)

Intuisi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. Karena dengan adanya intuisi, siswa akan dapat mengembangkan pikirannya. Intuisi diperoleh setelah adanya pengalaman matematika dimana pengalaman matematika tersebut merupakan akumulasi dari keterampilan matematika yang diperoleh melalui pengetahuan matematika dan didukung oleh metode, sikap, dan motivasi dari dalam diri siswa itu sendiri. Dewasa ini, siswa di Indonesia sudah mulai kehilangan intuisinya. Hal tersebut terjadi karena guru hanya memposisikan siswa sebagai objek pembelajaran. Guru hanya berorientasi pada hasil ujian nasional saja. Akibatnya, banyak guru yang mengambil jalan pintas atau melakukan drill dengan cara memberikan latihan-latihan soal dalam jumlah yang banyak. Tidak sedikit guru yang memberikan cara singkat dalam mengerjakan matematika. Sehingga siswa tidak tahu dari mana hasil itu didapatnya. Guru mengabaikan proses yang harus dilalui siswa-siswanya. Mereka tidak menyadari bahwa hal tersebut menyebabkan siswa kehilangan intuisinya. Agar siswa tidak kehilangan intuisi maka guru perlu menumbuhkan minat, sikap, pengetahuan, keterampilan siswa sehingga siswa memperoleh pengalaman matematika yang pada akhirnya memunculkan intuisi pada diri siswa.

Minggu, 03 Maret 2013

Refleksi : Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 25: Kompromi antar Pure Mathematics dgn School Mathemastics (Jawaban untuk Prof Sutarto Bgn Keempat)

Sangat menarik mengetahui istilah baru yaitu Quasi-Mathematics. Apalagi fungsinya yang dapat mempertemukan Pure Mathematics dan School Mathematics. Agar dapat diterapkan dengan baik di hadapan para siswa, maka Quasi-Mathematics haruslah tidak bersifat kontradiktif karena akan membingungkan para siswa. Guru harus mengajarkan matematika secara subjektif dalam pembelajarannya agar siswa lebih dapat memahami suatu persoalan dengan baik.

Refleksi : The Nature of Mathematics Education Aim

Persepsi orang mengenai tujuan matematika sangatlah beragam, tergantung dari bagaimana orang tersebut memandang matematika dari sudut pandang yang bermacam-macam pula. Ada yang mengatakan matematika dipelajari dengan tujuan untuk mengetahui fakta dan rahasia di dalam matematika itu sendiri, ada yang mengatakan matematika dipelajari untuk diterapkan dalam berbagai macam aplikasi kehidupan, dan bahkan ada yang mengatakan bahwa matematika dipelajari hanya untuk mencapai target yang telah ditentukan dalam kurikulum. Pendapat manusia mengenai tujuan matematika memang relatif atau berbeda-beda, tetapi menurut saya matematika dipelajari bukan hanya sekedar formalitas kependidikan saja akan tetapi memang matematika itu dibutuhkan oleh kita dalam kaitannya dengan berbaur dan berkehidupan sosial dalam masyarakat. Karena memang matematika secara kodrati sudah terdapat dalam diri masing-masing individu.

Refleksi : The anxiety of Mathematics Teachers and Their Problems

Guru dituntut untuk dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik. Keterampilan guru dalam mengembangkan RPP sangatlah diperlukan karena RPP adalah pedoman yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya tidak hanya berorientasi kepada hasil ujian nasional saja. Guru harus tetap memperhatikan proses-proses yang harus dilalui siswa. Agar siswa benar-benar memahami dan dapat membangun konsep dengan caranya sendiri. Guru perlu memberikan kesempatan berpikir kepada siswanya.
Rasa percaya diri seorang guru dalam menggunakan bahan ajar sangat diperlukan. Guru hendaknya mau membuat dan mengembangkan bahan ajar untuk digunakan dalam proses pembelajaran karena gurulah yang mengetahui apa yang dibutuhkan oleh para siswanya. Sehingga dengan membuat dan mengembangkan bahan ajar sendiri akan mempermudah siswa dalam memahami dan mempelajari matematika.

Refleksi : Sekolah Bertaraf Internasional : Sebuah Epistemology

Tujuan SBI memang sangat baik yaitu menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik dalam bidang kependidikan,mengarahkan para peserta didik agar dapat lebih berkompeten dan tidak kalah dengan SDM dari luar negeri, yang akhirnya dapat menciptakan SDM dari dalam negeri yang berkualitas. Namun dalam prakteknya SBI masih terlalu berat dibebankan kepada sekolah-sekolah di Indonesia dengan berbagai macam alasan. Ada yang beralasan pengantar bahasa bilingual membuat para siswa sulit menerima materi, dan ada yang beralasan kurangnya penguasaan terhadap alat peraga yang modern. Oleh karena itu bangsa Indonesia seharusnya bekerja lebih keras lagi dalam mewujudkan adanya SBI, yang juga harus didukung oleh pihak-pihak terkait yang berkaitan dengan kependidikan di indonesia. Karena apabila dijalankan dengan sebenar-benarnya dan sungguh-sungguh, dengan adanya SBI nantinya akan dapat memajukan bangsa Indonesia dalam jangka waktu yang lama.