Pertemuan kelima dengan
Bapak Marsigit membahas tentang model pembelajaran di Negara Australia dan
Jepang. Kedua negara ini sudah menerapkan sistem pembelajaran inovatif. Pusat
pembelajaran adalah siswa dan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Guru
melayani kebutuhan siswanya dalam hal belajar. Dalam pembelajarannya, guru
menggunakan metode hermenitika yaitu metode menerjemahkan dan diterjemahkan (mengerti
dan dimengerti). Guru menerjemahkan siswa sedangkan siswa menerjemahkan
matematika. Inisiatif, kemandirian, daya, dan upaya dari guru dan siswa
merupakan faktor penting yang harus ada dalam pembelajaran matematika.
Faktor-faktor tersebut merupakan bekal bagi siswa agar siswa menjadi manusia
yang mandiri, dapat melakukan penjelajahan, dan dapat menjadi nara sumber.
Matematika
anak kecil berbeda dengan matematika murni. Matematika murni berada di dalam
pikiran sedangkan matematika anak kecil berada di luar pikiran. Seorang guru
matematika hendaknya berpedoman pada skema matematika realistik ketika
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Matematika realistik terdiri dari empat
tahapan yaitu matematika konkret, model konkret, model formal, dan matematika
formal. Dalam pembelajaran matematika siswa Sekolah Dasar, penggunaan
matematika konkret dan model konkret sebaiknya diperbanyak. Siswa sebaiknya
disuruh berinteraksi dengan lingkungan karena dalam mengolah pikiran siswa
harus dimulai dari dunia nyata.
Matematika membutuhkan
proses yang panjang dan tidak hanya sekedar mengandalkan hafalan. Siswa tidak
bisa dipaksa untuk menyukai pelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang
tidak siap akan menimbulkan bencana bagi siswa. Siswa akan terkena tsunami matematika.
Dalam pembelajaran matematika perlu adanya persiapan. Pembelajaran matematika
yang disertai persiapan dapat menjadi hiburan yang menyenangkan bagi siswa.
Persiapan guru dalam pembelajaran matematika salah satunya adalah dengan cara
menganalisis kurikulum yang pada akhirnya menghasilkan RPP. RPP sebaiknya
disusun secara sistematis agar mudah dalam pelaksanaannya. Selain itu, guru
sebaiknya mampu mengembangkan media atau alat bantu pembelajaran, misalnya alat
peraga dan LKS. Alat peraga diperlukan agar siswa dapat melihat secara langsung
wujud konkret dari suatu benda sedangkan LKS diperlukan agar siswa dapat
mengembangkan pola pikir dan terbiasa memecahkan suatu persoalan matematika.
Di Australia, kemampuan
guru sangat bisa diandalkan. Tempat untuk belajar sudah sangat layak karena
fasilitas yang ada sudah memadai. Ruang kelas yang disediakan cukup luas dan juga
disediakan buah-buahan untuk siswa. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa tidak
kekurangan gizi dan tetap segar dalam mengikuti proses pembelajaran. Pendidikan
karakter dan tata tertib saat diskusi sangat ditekankan dalam pembelajaran.
Pada saat diskusi, siswa selalu diberi kebebasan untuk menyampaikan pendapatnya
masing-masing namun harus tetap menghargai pendapat siswa yang lain. Setuju
ataupun tidak setuju adalah dengan pendapatnya, bukan dengan orangnya. Jadi,
siswa harus sportif dalam berdiskusi. Fasilitas lainnya yaitu pepustakaan.
Perpustakaan yang ada di Sekolah Dasar di Australia sangat mendukung untuk
menunjang proses pembelajaran siswa. Buku-buku yang tertata rapi dan keadaan
ruangan yang bersih membuat siswa nyaman apabila berada di tempat tersebut. Sistem
peminjaman dan pengembalian buku juga sudah menggunakan sistem komputer. Selain
pepustakaan, terdapat juga laboratorium komputer yang digunakan untuk membuat
portofolio. Portofolio dibuat oleh guru dan berisi tentang catatan aktifitas
siswa.
Guru dalam menjalankan
tugas dimanapun, kapanpun, dalam kegiatan sadar maupun tidak sadar selalu
berkaitan dengan 2 hal yaitu accountability
(dipercaya) dan sustainability
(terus). Guru dapat dilihat seberapa tingkat accountability dari sisi akademiknya. Guru yang memiliki tingkat accountability tinggi selalu ingin
dipercaya orang lain bahwa ia adalah guru matematika yang professional dan bisa
diandalkan. Pengembangan profesional guru sepenuhnya ada di tangan guru
sehingga keprofesionalan guru yang berkenaan dengan tugas, hak, dan kewajiban
harus dipahami oleh masing-masing guru. Untuk meningkatkan akuntabilitas
kinerja guru, upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan kegiatan Lesson Study. Lesson study merupakan suatu strategi pembinaan profesi guru yang berkenaan
langsung dengan permasalahan dalam praktik pembelajaran di kelas. Lesson Study yang dijadikan sebagai
sarana perbaikan praktik pembelajaran di kelas dapat meningkatkan mutu guru dan
mutu pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu siswa.
Lesson
Study membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi
pembelajarannya. Tahap-tahap dalam Lesson
Study meliputi plan (merencanakan),
do (melaksanakan), dan see (refleksi). Di Jepang, kegiatan Lesson Study bukan lagi kegiatan yang
terprogram tetapi sudah menjadi kebiasaan dan merupakan kegiatan rutin yang
diselenggarakan oleh MGMP. Siswa di Jepang sudah terbiasa diobservasi sehingga
siswa tidak merasa terganggu selama pelaksanaan observasi. Selama observasi,
observer melakukan pengamatan secara teliti menggunakan lembar pengamatan yang
telah disiapkan sebelumnya. Aspek-aspek yang diamati misalnya interaksi antar
siswa, interaksi siswa dengan bahan ajar, interaksi siswa dengan guru, interaksi
siswa dengan lingkungan, motivasi belajar siswa, perhatian siswa, konsentrasi
siswa, dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Setelah
observasi selesai, semua observer diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat
mengenai kelebihan dan kekurangan guru dalam mengajar. Pendapat yang
disampaikan harus sesuai dengan hasil pada saat observasi. Sore harinya,
diadakan seminar yang menguraikan teori yang didapat pada saat Lesson Study. Seminar tersebut
menguraikan bagaimana seharusnya guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Dengan adanya masukan-masukan tersebut, maka kegiatan pembelajaran berikutnya
dapat berjalan lebih baik daripada sebelumnya.
Kedua
negara di atas seharusnya dijadikan sebagai motivasi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Kegiatan Lesson Study di Indonesia sudah sepantasnya dibudayakan sehingga
mutu pendidikan di Indonesia mengalami peningkatan. Agar hal tersebut dapat
tercapai maka kegiatan Lesson Study
di Indonesia harus dilaksanakan secara terus menerus (sustainability) dan berkelanjutan.
tulisan yang sangat menarik tentang metode2 pembelajaran, selain pembelajaran inovatif, Pendidikan Jepang dan Australia secara spesifik menggunakan model pembelajaran apa ya?
BalasHapustolong dibalas, terimakasih banyak
penulis JurnalPhobia (http://www.jurnalphobia.org)