Melalui Al-Qur’an , kita mengenal dua wujud Allah, yaitu jalaliyyah dan jamaliyyah. Jalal berhubungan dengan zat Allah sedangkan Jamal berhubungan dengan sifat-sifat Alah. Dari sisi jaaliyyah, Alah bersifat transenden, artinya yaitu Allah berada di luar bayangan-bayangan kita. Apabila kita membayangkan Allah dari segi zat-Nya, maka yang harus kita lakukan adalah tanzih atau pembersihan. Kita bersihkan diri kita dari segala bayangan apa pun tentang Allah, karena Allah tidak bisa kita bayangkan.
Wujud yang lain dari Allah adalah dari sisi jamaliyyah-Nya, yaitu sisi yang menunjukkan keindahan-Nya. Dari sisi jamaliyyah-Nya kita harus melakukan tasybih, yaitu kita harus meniru sifat-sifat Allah yang indah dan mencoba menyerap sifat-sifat tersebut ke dalam diri kita. Dalam perwujudan jamaliyyah, kita akan merasa begitu dekat dengan Allah karena keserupaan sifat kita dengan-Nya. Dari sinilah akan timbul pada diri kita perasaan mahabbah, yaitu Cinta kita kepada Allah. Kita harus menyeimbangkan pemahaman kita mengenai wujud jalaliyyah dan jamaliyyah Allah SWT. Karena apabila kita hanya berpegang pada dimensi Jamaliyyah saja, maka kita akan bebas melakukan segala sesuatu, meskipun perbuatan yang kita lakukan adalah perbuatan tercela. Kita akan menganggap bahwa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Oleh karena itu, kita diharuskan untuk menyeimbangkan pemahaman kita mengenai wujud jalaliyyah dan jamaliyyah Allah swt.
Wujud yang lain dari Allah adalah dari sisi jamaliyyah-Nya, yaitu sisi yang menunjukkan keindahan-Nya. Dari sisi jamaliyyah-Nya kita harus melakukan tasybih, yaitu kita harus meniru sifat-sifat Allah yang indah dan mencoba menyerap sifat-sifat tersebut ke dalam diri kita. Dalam perwujudan jamaliyyah, kita akan merasa begitu dekat dengan Allah karena keserupaan sifat kita dengan-Nya. Dari sinilah akan timbul pada diri kita perasaan mahabbah, yaitu Cinta kita kepada Allah. Kita harus menyeimbangkan pemahaman kita mengenai wujud jalaliyyah dan jamaliyyah Allah SWT. Karena apabila kita hanya berpegang pada dimensi Jamaliyyah saja, maka kita akan bebas melakukan segala sesuatu, meskipun perbuatan yang kita lakukan adalah perbuatan tercela. Kita akan menganggap bahwa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Oleh karena itu, kita diharuskan untuk menyeimbangkan pemahaman kita mengenai wujud jalaliyyah dan jamaliyyah Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar